Di tengah pesatnya perkembangan industri pariwisata global, muncul pendekatan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi semata, melainkan juga pada keberlanjutan sosial dan budaya. Salah satu pendekatan yang semakin populer adalah pariwisata berbasis masyarakat (Community-Based Tourism/CBT). Konsep ini menempatkan masyarakat lokal sebagai aktor utama dalam pengembangan, pengelolaan, dan pelestarian destinasi wisata.
Pariwisata berbasis masyarakat bukan sekadar tren, melainkan solusi untuk menciptakan sistem pariwisata yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, konsep ini berpotensi meningkatkan kesejahteraan, memperkuat identitas lokal, serta menjaga kelestarian lingkungan dan budaya. Mari kita kupas selengkapnya dalam pembahasan berikut.
Table of Contents
ToggleApa Itu Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pariwisata berbasis masyarakat adalah bentuk pengembangan pariwisata yang menempatkan komunitas lokal sebagai pengelola, penerima manfaat utama, dan pemilik kendali atas aktivitas wisata di wilayahnya. Masyarakat tidak hanya menjadi objek, tetapi subjek dari kegiatan pariwisata itu sendiri.
Dalam praktiknya, masyarakat lokal merancang paket wisata, menyediakan homestay, menjadi pemandu wisata, menjual produk kerajinan tangan, hingga menyajikan kuliner tradisional. Model ini mengedepankan prinsip partisipasi aktif, keadilan distribusi manfaat, dan pemberdayaan.
Fokus utama pariwisata berbasis masyarakat bukan pada eksploitasi aset lokal untuk keuntungan investor luar, melainkan pada pembangunan kapasitas dan kemandirian warga. Hal ini menjadikannya model yang relevan bagi negara seperti Indonesia, yang kaya akan budaya, tradisi, dan keberagaman sosial.
Baca Juga: Temukan Aktivitas Seru dan Inspiratif di 5 Desa Wisata Jogja
Tujuan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pariwisata berbasis masyarakat memiliki berbagai tujuan yang saling berkaitan dan saling menguatkan. Di antaranya adalah sebagai berikut.
Aspek Komersial agar Masyarakat Berperan Sebagai Pelaku Ekonomi
Salah satu aspek penting dari pariwisata berbasis masyarakat adalah transformasi masyarakat lokal menjadi pelaku ekonomi yang aktif. Mereka tidak hanya melayani kebutuhan wisatawan, tetapi juga menciptakan produk dan jasa yang memiliki nilai jual tinggi. Contohnya, masyarakat di desa wisata menjual hasil kerajinan tangan seperti tenun, batik, atau anyaman bambu yang asli buatan warga.
Di sektor jasa, masyarakat dapat mengelola homestay, menjadi pemandu wisata, menyewakan alat transportasi lokal, dan membuka warung makan. Hal ini menciptakan siklus ekonomi yang sehat di tingkat lokal, di mana keuntungan tidak “bocor” ke luar daerah, melainkan berputar dalam komunitas sendiri.
Namun, aspek komersial ini tetap harus berjalan dalam koridor etika dan keberlanjutan. Kegiatan ekonomi tidak boleh merusak nilai budaya atau lingkungan, dan harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan kapasitas komunitas.
Pelestari Tradisi
Pariwisata sering kali dianggap sebagai ancaman bagi budaya lokal karena potensi komersialisasi dan homogenisasi. Namun, dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat, justru budaya dan tradisi menjadi inti dari pengalaman wisata yang ditawarkan.
Wisatawan mencari pengalaman autentik seperti menyaksikan tarian tradisional yang sakral, mengikuti upacara adat, belajar membatik langsung dari pengrajinnya, atau memasak makanan khas bersama warga lokal. Aktivitas ini memberi nilai lebih bagi wisatawan dan sekaligus memperkuat rasa bangga masyarakat terhadap identitas mereka sendiri.
Lebih dari sekadar pelestarian, pariwisata ini membuat budaya menjadi “hidup” dan berfungsi dalam konteks modern, dengan tetap mempertahankan esensinya. Generasi muda pun lebih terdorong untuk meneruskan tradisi karena mereka melihat adanya nilai ekonomi dan penghargaan dari luar terhadap warisan leluhur.
Konservasi Lingkungan
Konservasi lingkungan menjadi salah satu fondasi penting dalam pariwisata berbasis masyarakat, terutama di wilayah yang memiliki kekayaan alam seperti hutan, pantai, pegunungan, atau kawasan pertanian. Ini bertujuan mengajak masyarakat lokal untuk memahami pentingnya menjaga ekosistem sebagai aset wisata yang tidak tergantikan. Aktivitas wisata pun diarahkan agar tidak merusak, melainkan mendukung pelestarian, seperti trekking berbasis edukasi lingkungan, pertanian organik, atau wisata pengamatan satwa liar.
Selain itu, pariwisata ini membuka peluang edukasi bagi wisatawan untuk lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan. Dengan demikian, masyarakat menjadi garda terdepan dalam menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam.
Keunggulan Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat tidak hanya menguntungkan dari sisi ekonomi, tetapi juga memiliki nilai tambah yang luas dan berdampak jangka panjang:
Peningkatan Kapasitas Lokal
Pariwisata berbasis masyarakat mendorong warga untuk aktif dalam berbagai kegiatan produktif, mulai dari perencanaan hingga pelayanan kepada wisatawan. Masyarakat dilatih untuk membentuk kelompok kerja, menyusun program wisata, serta mengelola keuangan secara transparan. Selain itu, mereka juga belajar memasarkan produk atau layanan melalui media sosial dan platform digital. Keterampilan ini tidak hanya relevan untuk sektor pariwisata, tetapi juga dapat meningkatkan peluang usaha di bidang lain.
Dengan adanya pariwisata berbasis masyarakat, pendapatan tidak lagi bergantung pada sektor tunggal seperti pertanian atau perikanan. Masyarakat memiliki peluang untuk menghasilkan uang dari berbagai lini usaha. Mulai dari homestay, kuliner, kerajinan, hingga pemandu wisata. Diversifikasi ini memperkuat ketahanan ekonomi, terutama saat terjadi krisis seperti pandemi atau bencana alam.
Selain itu, perputaran ekonomi yang terjadi di tingkat lokal membantu menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi urbanisasi. Semakin kuat ekonomi lokal, semakin tinggi pula daya tahan komunitas terhadap tekanan eksternal.komunitas yang lebih mandiri dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Penguatan Kohesi Sosial
Kegiatan pariwisata yang terancang dan berbasis gotong royong dapat memperkuat hubungan antarwarga. Dalam prosesnya, masyarakat belajar menyusun kesepakatan bersama, berbagi peran, dan mengelola konflik secara terbuka. Pengelolaan berbasis komunitas meminimalkan ketimpangan karena setiap pihak memiliki ruang untuk terlibat. Ketika keberhasilan destinasi dirasakan bersama, rasa memiliki terhadap kampung halaman pun meningkat. Hal ini menciptakan iklim sosial yang harmonis dan saling mendukung.
Citra Positif Destinasi
Wisatawan modern semakin mencari pengalaman yang otentik dan berkesan, bukan sekadar objek wisata yang indah. Ketika suatu destinasi dikelola langsung oleh masyarakat dengan sentuhan budaya lokal dan keramahan yang tulus, kesan positif pun melekat. Hal ini mendorong ulasan yang baik di media sosial dan platform perjalanan, yang pada gilirannya menarik lebih banyak kunjungan. Citra destinasi yang peduli pada lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal akan semakin populer dan menjadi perhatian dalam industri pariwisata global. CBT membantu membentuk identitas destinasi yang membedakan dirinya dari destinasi wisata massal.
Baca Juga: Konsultan Wajib Paham Strategi AIDDA dalam Pariwisata Berbasis Digital
Implementasi Pariwisata Berbasis Masyarakat
Untuk menerapkan pariwisata berbasis masyarakat secara efektif, memerlukan strategi dan pendekatan yang terencana. Beberapa langkah kunci implementasi antara lain:
Pemetaan Potensi dan Kesiapan Komunitas
Langkah pertama adalah memetakan potensi alam, budaya, dan sosial yang dapat dikembangkan. Selain itu, perlu dilakukan penilaian terhadap kesiapan masyarakat dalam berpartisipasi, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Dengan pemahaman yang jelas, pengembangan pariwisata bisa lebih terarah dan sesuai dengan kapasitas lokal.
Pelatihan dan Pendampingan
Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pelayanan, komunikasi, kewirausahaan, dan pemasaran digital sangat penting. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengelola homestay, kuliner, dan produk wisata dengan baik. Pendampingan berkelanjutan juga membantu mengatasi tantangan dalam pengelolaan pariwisata.
Penguatan Kelembagaan Lokal
Pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) atau koperasi lokal penting untuk pengelolaan destinasi secara kolektif dan transparan. Kelembagaan ini memungkinkan pembagian keuntungan yang adil serta keputusan yang lebih partisipatif. Dengan kelembagaan yang kuat, masyarakat dapat lebih mudah mengelola dan memajukan pariwisata.
Promosi dan Kemitraan
Kemitraan dengan pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta diperlukan untuk memperluas jangkauan pasar. Media sosial dan platform digital dapat digunakan untuk mempromosikan destinasi wisata secara lebih luas. Dukungan dari berbagai pihak akan mempercepat pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi penting untuk menilai keberhasilan dan dampak dari pariwisata berbasis masyarakat. Dengan evaluasi yang tepat, kebijakan dan pengelolaan dapat disesuaikan untuk lebih efektif. Proses ini memastikan keberlanjutan dan perkembangan destinasi wisata dalam jangka panjang.
Implementasi pariwisata berbasis masyarakat membutuhkan waktu, komitmen, dan kesabaran. Dengan strategi yang terencana dan partisipatif, pariwisata ini dapat memberi manfaat ekonomi sekaligus melestarikan budaya dan lingkungan.
Kesimpulan
Pariwisata berbasis masyarakat bukan hanya tentang kunjungan dan hiburan. Ini adalah jembatan antara pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi, dan kepedulian lingkungan. Ketika masyarakat lokal diberi ruang untuk berperan aktif, pariwisata menjadi lebih bermakna dan berkelanjutan, tidak hanya bagi wisatawan, tapi juga bagi komunitas yang menjadi tuan rumah.
Jika kamu tertarik untuk berkontribusi lebih dalam dalam pengembangan pariwisata yang inklusif dan berdampak, mengambil langkah profesional melalui Sertifikasi Konsultan Pariwisata di LSP Jana Dharma Indonesia bisa menjadi pilihan tepat. Sertifikasi ini membuka peluang untuk memahami dunia pariwisata dari sisi perencanaan, pemberdayaan, hingga pengelolaan destinasi berbasis masyarakat. Dengan bekal ini, kamu tidak hanya siap berkarya di industri, tapi juga turut membangun masa depan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan.
Untuk informasi lebih lanjut dan proses pendaftaran, hubungi kami:
WhatsApp : +6282322795991
Instagram : @jana_dharma_indonesia
Email : lspp.janadharmaindonesia@gmail.com